Pages

Sabtu, 30 Maret 2013

mb

Pengertian Marching band


Marching band
adalah istilah dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada sekelompok barisan orang yang memainkan satu atau beberapa lagu dengan menggunakan sejumlah kombinasi alat musik (tiup, perkusi, dan sejumlah instrumen pit) secara bersama-sama. Penampilan marching band merupakan kombinasi dari permainan musik (tiup, dan perkusi) serta aksi baris-berbaris dari pemainnya. Umumnya penampilan marching band dipimpin oleh satu atau dua orang komandan lapangan dan dilakukan baik di lapangan terbuka maupun lapangan tertutup dalam barisan yang membentuk formasi dengan pola yang senantiasa berubah-ubah sesuai dengan alur koreografi atas lagu yang dimainkan, dan diiringi pula dengan aksi tari yang dilakukan oleh sejumlah pemain bendera.

Penampilian solo musik tiup grup marching band
Marching band umumnya dikategorikan menurut fungsi, jumlah anggota, komposisi dan jenis peralatan yang digunakan, serta gaya/corak penampilannya. Pada awalnya marching band dikenal sebagai nama lain dari drum band. Penampilan marching band pada mulanya adalah sebagai pengiring parade atas perayaan ataupun festival yang dilakukan di lapangan terbuka dalam bentuk barisan dengan pola yang tetap dan kaku, serta memainkan lagu-lagu mars. Dinamika keseimbangan penampilan diperoleh melalui atraksi individual yang dilakukan oleh mayoret, ataupun beberapa personil pemain instrumen. Namun saat ini permainan musik marching band dapat dilakukan baik di lapangan terbuka ataupun tertutup sebagai sebagai pengisi acara dalam suatu perayaan, ataupun kejuaraan.
Komposisi musik yang dimainkan marching band umumnya bersifat lebih harmonis dan tidak semata-mata memainkan lagu dalam bentuk mars, ragam peralatan yang digunakan lebih kompleks, formasi barisan yang lebih dinamis, dan corak penampilannya membuat marching band merupakan kategori yang terpisah dan berbeda dengan drum band yang umumnya memiliki komposisi penggunaan instrumen perkusi yang lebih banyak dari instrumen musik tiup. Tipikal bentuk dan penampilan drum band yang paling dikenal adalah drum band yang dimiliki oleh institusi kemiliteran ataupun kepolisian. Adaptasi lebih lanjut dari penampilan marching band di atas panggung adalah dalam bentuk brass band.

1. Sejarah


Penampilan marching band Universitas Detroit tahun 1920-an.
Marching Band bermula dari tradisi purba sebagai kegiatan yang dilakukan oleh beberapa musisi yang bermain musik secara bersama-sama dan dilakukan sambil berjalan untuk mengiringi suatu perayaan ataupun festival. Seiring dengan perjalananan waktu, marching band ber-evolusi menjadi lebih terstruktur dalam kemiliteran di masa-masa awal era negara kota. Bentuk inilah yang menjadi dasar awal band militer yang kemudian menjadi awal munculnya marching band saat ini.[1][2]
Meskipun pola marching band telah berkembang jauh, masih terdapat cukup banyak tradisi militer yang bertahan dalam budaya marching band, tradisi milter tersebut tampak pada atribut-atribut seragam yang digunakan, tata cara berjalan, model pemberian instruksi dalam latihan umumnya masih merupakan adaptasi dari tradisi militer yang telah disesuaikan sedemikian rupa.
Di Indonesia, budaya marching band merupakan pengembangan lebih lanjut atas budaya drum band yang sebelumnya berada di bawah naungan organisasi PDBI (singkatan dari "Persatuan Drum Band Seluruh Indonesia") yang dibina oleh Menpora (singkatan dari "Menteri pemuda dan olah raga"). Marching band lahir sebagai kegiatan yang memfokuskan penampilan pada permainan musik dan visual secara berimbang, berbeda dengan drum band yang lebih memfokuskan sebagai kegiatan olah raga. Dalam perkembangannya, marching band di Indonesia banyak mengadaptasikan variasi teknik-teknik permainan yang digunakan oleh grup-grup drum corps di Amerika, khususnya pada instrumen perkusi. Hal ini membuat corak permainan dalam penampilan marching band menjadi lebih mudah dibedakan dari corak penampilan drum band.

2. Instrumen


Sesi pemanasan Brigadiers Drum & Bugle Corps

Penampilan The Pacemakers tahun 2008
Instrumen yang digunakan dalam penampilan marching band umumnya dapat dikelompokkan pada beberapa kategori menurut jenis dan cara memainkannya. Pengelompokkan ini secara tidak langsung pula mempengaruhi struktur organisasional kepelatihan yang umumnya dispesifikasikan menurut kategori-kategori tersebut, masing-masing kategori memiliki pelatih tersendiri. Selain kepelatihan, pengelompokkan ini umumnya berpengaruh pula pada perilaku sosial para pemain yang terlibat dengan menciptakan kelas-kelas sosial non-formal yang membentuk kebanggaan kelompok.

2. 1. Instrumen musik tiup

Pada mulanya ragam instrumen musik tiup yang digunakan dalam marching band identik dengan yang digunakan drum band. Namun pada perkembangannya, beberapa jenis instrumen musik tiup seperti cornet, clarinet, flugelhorn, saksofon (termasuk di dalamnya sofrano, alto, dan tenor), trombone, sousaphone, dan flute yang jamak digunakan drum band sudah ditinggalkan. Umumnya instrumen musik tiup yang digunakan dalam permainan marching band menggunakan nada dasar B♭ atau F. Jenis-jenis instrumen musik tiup yang digunakan marching band umumnya adalah:


2. 2. Instrumen musik perkusi

Instrumen musik perkusi dalam kelompok ini merupakan jenis instrumen bergerak yang dibawa oleh pemain dan dimainkan dalam barisan seperti halnya instrumen musik tiup. Seksi yang memainkan instrumen musik perkusi sambil berjalan disebut juga sebagai drumline atau battery. Ragam instrumen musik perkusi yang digunakan marching band umumnya lebih sedikit dari yang digunakan pada permainan drum band. Instrumen-instrumen tersebut adalah:

  • Drum bass (umumnya menggunakan 4 sampai 6 jenis drum bass yang berbeda)
  • Simbal

2. 3. Instrumen pit (statis)

Instrumen pit pada dasarnya merupakan instrumen musik perkusi yang bernada. Pada penampilan marching band umumnya jenis instrumen ini bersifat statis, pemainnya tidak ikut dalam barisan seperti kelompok instrumen lainnya melainkan memainkannya di bagian depan lapangan yang digunakan dalam penampilan. Ragam jenis instrumen yang digunakan marching band umumnya lebih bervariatif dibandingkan drum band. Beberapa grup marching band bahkan terkadang merakit sendiri instrumen pit untuk menghasilkan suara-suara unik dalam musik yang dimainkan. Jenis-jenis instrumen pit yang umumnya digunakan pada penampilan marching antara lain:


2. 4. Instrumen Bendera

Instrumen bendera tidak digunakan untuk bermain musik, melainkan dimanfaatkan oleh pemainnya sebagai alat bantu aksi tari untuk menghasilkan efek-efek visual tertentu yang mendukung penampilan. Pada prakteknya, pemain instrumen ini tidak selalu menggunakan bendera sebagai aksesori, namun bisa menggunakan peralatan-peralatan lain seperti senapan kayu, selendang, panji-panji, atau bahkan sapu tergantung pada koreografinya untuk mendukung penampilan secara keseluruhan. Namun biasanya instrumen dasar yang digunakan adalah:
  • Bendera
  • Senapan kayu

3. Aspek-aspek Penampilan


Salah satu bentuk penampilan Texas marching band
Aspek-aspek yang terkait dalam penampilan marching band pada dasarnya dikelompokkan dalam dua kategori utama, yaitu aspek musikal dan aspek visual. Pengelompokkan ini berpengaruh pula pada metode pelatihan pada proses penyiapan sehingga sebuah grup marching band siap tampil. Umumnya latihan atas masing-masing aspek tersebut dilakukan secara terpisah terlebih dulu sebelum digabungkan sebagai satu penampilan utuh.

3. 1. Aspek musikal

Lagu-lagu yang dibawakan dalam satu penampilan marching band umumnya membawa satu genre yang sama atau merupakan kombinasi atas beberapa genre dalam satu tema yang sama, namun demikian genre yang dibawa dalam satu penampilan tiap-tiap marching band bisa berbeda-beda.
Secara struktural, umumnya karakteristik lagu-lagu yang dibawakan tiap-tiap marching band memiliki tipikal elemen yang sama. Bagian "pembuka" yang ditujukan untuk meraih atensi penonton, "solo perkusi" atau disebut dengan feature, "balada" yang menampilkan solo musik tiup bersama dengan solo perkusi, dan "penutup" sebagai puncak dari penampilan. Di masing-masing elemen tersebut sering pula diwarnai dengan variasi teknik permainan, termasuk didalamnya permainan tempo, birama, yang ditujukan untuk mendapatkan satu dinamika permainan yang lebih seimbang, serta sebagai wahana menunjukkan kapabilitas grup yang bersangkutan.

3. 2. Aspek visual

Koreografi merupakan inti utama dari aspek visual dalam penampilan marching band. Di dalamnya melingkupi alur pola atas formasi baris berbaris yang digunakan, aksi-aksi tari yang dibawakan oleh para pemain bendera, gerakan-gerakan untuk menampilkan satu efek visual tertentu yang dilakukan oleh satu, sekelompok, atau seluruh pemain yang terlibat dalam formasi barisan. Seringkali penampilan marching band menggunakan aksesoris-aksesoris tambahan yang dimainkan oleh beberapa orang pemain untuk mendukung mendapatkan efek visual tertentu secara keseluruhan.

4. Perangkat lunak

Bentuk penampilan marching band yang dinamis umumnya membuat kompleksitas aransemen lagu dan perancangan formasi barisan menjadi lebih tinggi. Para pelatih marching band instrumen musik umumnya memanfaatkan perangkat lunak sebagai alat bantu untuk memecahkan tingkat kompleksitas tersebut dalam proses aransemen lagu, melakukan ekstraksi atas partitur ke dalam tiap-tiap kelompok instrumen musik (termasuk instrumen musik tiup, perkusi, dan pit). Demikian pula halnya dengan pelatih visual, perangkat lunak digunakan untuk mempermudah perancangan formasi barisan, simulasi dan analisis atas kemungkinan terjadinya tabrakan antar pemain, dan visualisasi permainan tiap lagu dalam suatu penampilan.
Beberapa perangkat lunak yang tersedia saat ini bahkan mampu menggabungkan disain formasi barisan dan aransemen musik sehingga menjadi suatu bentuk model pertunjukan yang digunakan untuk memberikan gambaran atas simulasi pertunjukan kepada seluruh pemain yang terlibat dengan tujuan untuk mempermudah pemain dalam memahami alur pertunjukan dan aliran pergerakan formasi barisan.
Perangkat lunak pembantu perancangan aransemen lagu
Perangkat lunak pembantu perancangan formasi barisan

5. Kompetisi

Kompetisi umumnya menjadi perangsang atas kemajuan marching band di Indonesia. Dengan adanya kompetisi ini, masing-masing marching band umumnya berupaya untuk mengembangkan, atau mengadaptasikan teknik-teknik permainan tertentu untuk menunjukkan kapabilitas grup marching band tersebut, atau menciptakan satu keunikan yang berbeda sehingga menjadi ciri khas penampilan suatu grup marching band. Skala kompetisi ini bisa mencakup tingkat daerah, propinsi, ataupun nasional. Di Indonesia terdapat cukup banyak ajang kejuaraan tingkat nasional yang diselenggarakan, namun yang umumnya frekuentif diselenggarakan secara konsisten adalah GPMB (Grand Prix Marching Band).

1. Snare drum

Ukuran marching snare drum biasanya lebih dalam dari ukuran yang biasanya digunakan pada orkestra atau drumkit. Hal ini membuat suara yang dihasilkan menjadi lebih keras, sesuai dengan kebutuhannya untuk penggunaan di lapangan terbuka. Ukuran standar (diameter x kedalaman) adalah 13x11 dan 14x12 inci dengan berat antara 16-45 lb. Ukuran yang lebih kecil (13x9) akhir-akhir ini menjadi populer digunakan untuk kebutuhan penggunaan di lapangan tertutup. snare drum "high tension" modern dikembangkan sebagai jawaban atas tensi membran yang lebih tinggi yang dimungkinkan karena pemanfaatan serat fiber, atau kevlar. Drum tensi tinggi pertama kali dikembangkan oleh Legato di Australia, dan menjadi lebih sempurna saat mulai digunakan pada marching band.

2. Drum tenor

Marching band modern umumnya menggunakan multi-tenor, yang terdiri atas beberapa tom-tom yang dimainkan oleh seorang drummer. Bagian bawah drum biasanya terbuka dan dipotong menyiku untuk memproyeksikan suara ke arah depan. membran head menggunakan double-ply PET film untuk meningkatkan kualitas proyeksi suara. Alat ini umumnya dimainkan dengan menggunakan malet yang terbuat dari kayu atau aluminimum dengan ujung berbentuk bundar terbuat dari nilon.
Teknik permainan tenor drum umumnya berbeda dengan teknik yang digunakan untuk bermain snare drum, lebih mirip seperti bermain timpani karena membran dipukul biasanya lebih dekat pada sisi-sisinya dibandingkan bagian di tengah membran. Bentuk pukulan seperti ini menghasilkan suara yang lebih nyaring.
Drum tenor umumnya terdiri dari tom-tom berukuran 10, 12,13, dan 14 inci yang diatur membentuk busar, seringkali dengan tambahan satu atau dua buah tom yang lebih kecil (berukuran 6 atau 8 inci) di sisi sebelah dalam.

3. Drum bass

Ukuran drum bass yang digunakan pada ensembel perkusi modern bervariasi, dengan lebar universal 14 inci, dan diameter 14 inci dan bertambah setiap 2 inci. Membran drum biasanya terbuat dari PET film lembut berwarna putih. Tidak seperti snare drum dan drum tenor, drum bass dimainkan oleh drummer dari kedua sisinya. Umumnya sebuah drum line menggunakan 4 hingga 6 jenis drum bass dengan ukuran yang berbeda-beda, tiap satu drum bass dimainkan oleh seorang drummer.

4. Simbal

Simbal dalam marching band tidak dimainkan dengan tujuan yang sama seperti orkestra. Ada perubahan pada grip simbal yang dibuat khusus untuk kebutuhan marching band. Simbal marching band biasanya terdiri atas dua keping yang terpasang pada ke dua tangan pemainnya. Untuk memainkan simbal marching band kedua kepingan itu diadu satu dengan lainnya sehingga menghasilkan suara. Jumlah pemain simbal tiap-tiap grup marching band bisa berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya.

Kamis, 28 Maret 2013

Motivasi dalam belajar ^_^

Motivasi Dalam Belajar [1/17/2010 05:26:00 AM | 10 comments ] Dalam dunia pendidikan, terutama dalam kegiatan belajar, seperti yang sudah saya bahas dalam tulisan terdahulu, bahwa kelangsungan dan keberhasilan proses belajar mengajar bukan hanya dipengaruhi oleh faktor intelektual saja, melainkan juga oleh faktor-faktor nonintelektual lain yang tidak kalah penting dalam menentukan hasil belajar seseorang, salah satunya adalah kemampuan seseorang siswa untuk memotivasi dirinya. Mengutip pendapat Daniel Goleman (2004: 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama. Motivasi sangat penting artinya dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar; seorang siswa yang belajar tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal. Motivasi memegang peranan yang amat penting dalam belajar, Maslow (1945) dengan teori kebutuhannya, menggambarkan hubungan hirarkhis dan berbagai kebutuhan, di ranah kebutuhan pertama merupakan dasar untuk timbul kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah terpuaskan, barulah manusia mulai ada keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang selanjutnya. Pada kondisi tertentu akan timbul kebutuhan yang tumpang tindih, contohnya adalah orang ingin makan bukan karena lapar tetapi karena ada kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi atau perpuaskan, itu tidak berarti bahwa kebutuhan tesebut tidak akan muncul lagi untuk selamanya, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara waktu saja. Manusia yang dikuasai oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan akan termotivasi untuk melakukan kegiatan guna memuaskan kebutuhan tersebut (Maslow, 1954). Dalam implikasinya pada dunia belajar, siswa atau pelajar yang lapar tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar. Setelah kebutuhan yang bersifat fisik terpenuhi, maka meningkat pada kebutuhan tingkat berikutnya adalah rasa aman. Sebagai contoh adalah seorang siswa yang merasa terancam atau dikucilkan baik oleh siswa lain mapun gurunya, maka ia tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar. Ada kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai. Seseorang siswa yang telah terpenuhi kebutuhan harga dirinya, maka dia akan percaya diri, merasa berharga, marasa kuat, merasa mampu/bisa, merasa berguna dalam didupnya. Kebutuhan yang paling utama atau tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi maka akan merasa bebas untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan sendiri meliputi kebutuhan menjadi tahu, mengerti untuk memuaskan aspek-aspek kognitif yang paling mendasar. Guru sebagai seorang pendidik harus tahu apa yang diinginkan oleh para sisiwanya. Seperti kebutuhan untuk berprestasi, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang berbeda satu sama lainnya. Tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, mereka cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun banyak juga siswa yang memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi. Siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal dari dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam diri sendiri maupun dalam bersaing dengan siswa lain. Siswa yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang dirinya sendiri secara keseluruhan dan pemahaman tentang kemampuan mereka sendiri khususnya. Mereka mempunyai gambaran tertentu tentang dirinya sebagai manusia dan tentang kemampuan dalam menghadapi lingkungan. Ini merupakan cap atau label yang dimiliki siswa tentang dirinya dan kemungkinannya tidak dapat dilihat oleh guru namun sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Gambaran itu mulai terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, yaitu keluarga dan teman sebaya maupun orang dewasa lainnya, dan hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah. Berdasarkan pandangan di atas dapat diambil pengertian bahwa siswa datang ke sekolah dengan gambaran tentang dirinya yang sudah terbentuk. Meskipun demikian adanya, guru tetap dapat mempengaruhi mapun membentuk gambarang siswa tentang dirinya itu, dengan tujuan agar tercapai gambarang tentang masing-masing siswa yang lebih positif. Apabila seorang guru suka mengkritik, mencela, atau bahkan merendahkan kemampuan siswa, maka siswa akn cenderung menilai diri mereka sebagai seorang yang tidak mampu berprestasi dalam belajar. Hal ini berlaku terutama bagi anak-anak TK atau SD yang masih sangat muda. Akibatnya minat belajar menjadi turun. Sebaliknya jika guru memberikan penhargaan, bersikap mendukung dalam menilai prestasi siswa, maka lebih besar kemungkinan siswa-siswa akan menilai dirinya sebagai orang yang mampu berprestasi. Penghargaan untuk berprestasi merupakan dorongan untuk memotivasi siswa untuk belajar. Dorongan intelektual adalah keinginan untuk mencapai suatu prestasi yang hebat, sedangkan dorongan untuk mencapai kesuksesan termasuk kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk berprestasi. Mengutip pendapat Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100), “motivation is energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.” Motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari perumusan yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu: 1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, 2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal), 3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Dari uraian di atas jelas kiranya bahwa motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Penjelasan mengenai fungsi-fungsi motivasi adalah: 1. Mendorong manusia untuk bertindak/berbuat. Motivasi berfungsi sebagai pengerak atau motor yang memberikan energi/kekuatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. 2. Menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang harus ditempuh. 3. Menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan. (Ngalim Purwanto, 2002: 71) Jenis-jenis motivasi 1. Motivasi intrinsik, yang timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain. 2. Motivasi ekstrinsik, yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu. (Tabrani, 1992: 120) Lalu bagaimanakan cara untuk meningkatkan motivasi siswa agar mereka memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, khususnya bagi mereka yang memiliki motivasi rendah dalam berprestasi. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut: 1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar. 2. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3. 3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. 4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”. 5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa. 6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya orang tua siswa untuk mendidik anak mereka. 7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung. 8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Ini bisa dilakukan seperti pada nomor 6. 9. Menggunakan metode yang bervariasi. Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa. 10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Baik itu media visual maupun audio visual.