Pages

Rabu, 08 Mei 2013

home industri


home industri
pin unik dan lucu



Pepatah yang mengatakan “Besar pasak dari pada tiang” pun menjadi sindiran yang mudah sekali menyakiti perasaan kita yang jadi semakin sensitif, sebab kita terjepit pada pusaran perekonomian yang sulit. Pekerjaan tak didapat, sedang harga kebutuhan hidup terus menaik.
Paradigma masyarakat yang menganggap bahwa menjadi seorang pegawai negeri sipil ialah satu-satunya prestise sebagai seorang pekerja pun justru kian memperparah kondisi ekonomi bangsa dengan tumpukan ketidakadilan sosial.
Alih-alih ingin menjadi pegawai yang sejahtera dengan menghalalkan berbagai cara, masyarakat justru terjepit pada permasalahan yang berlipat: pengangguran masih tinggi, degradasi moral juga bertumbuh dengan adanya praktik “sogok-menyogok” sebagai “persyaratan” menjadi pegawai negeri.
Maka, menjadi aktif dengan kreativitas dan inovasi merupakan salah satu jalan tempuh yang santun untuk mengatasi masalah-masalah itu. Hingga muncullah istilah Home Industry atau industri rumahan yang sebenarnya mulai berkembang pada abad ke-18 sebagai pengaruh dari adanya revolusi industri di Eropa.
Home industry merujuk pada aktivitas di mana seorang pekerja bekerja di rumah dengan mengandalkan kerajinan yang dimiliki.
Bagian dari “Pekerjaan Rumah Tangga”
Di sinilah peluang perempuan maupun ibu rumah tangga untuk mencukupi kehidupan menjadi terbuka lebar, sebab kata “home” atau “rumah” senantiasa diasosiasikan dengan peran perempuan dalam rumah tangga.
Sudah mafhum bahwa paradigma tentang perempuan yang hanya dilekatkan dengan pekerjaan rumah tangga masih ada sampai sekarang, meskipun sejatinya istilah “wanita karir” sudah berkembang.
Dengan home industry, “pekerjaan rumah tangga” yang selalu dilekatkan kepada perempuan pun kini tak hanya berkutat pada pekerjaan mencuci, menyapu dan mengepel semata, namun, melampaui itu semua, perempuan kini bisa berkarya dan menjadi mandiri dari perspektif ekonomi dengan “pekerjaan rumah tangga” yang meliputi bekerja (berbisnis) menghasilkan uang yang dilakukan di dalam rumah.
Selain tak perlu repot bekerja di kantor dengan menanggalkan sementara kewajiban mengasuh anak di rumah, perempuan, melalui home industry, juga dapat membuka lapangan pekerjaan dengan mengajak perempuan-perempuan lain untuk bergabung bersama mengelola home industry.
Modal bukan halangan
Anggapan bahwa membangun dan mengelola sebuah usaha membutuhkan modal yang besar ditampik oleh Diana Nova, seorang sarjana sekaligus agen sebuah perusahaan Multi Level Marketing Sophie Martin dan Tupperware. Ia justru berpendapat bahwa modal kecil namun disertai niat dan kerjasama yang baik adalah fondasi untuk mengelola home industry.
Opini tersebut diamini oleh Atiqotuz Zulfa, mahasiswa S3 yang juga owner sebuah butik di kendal.
“Kemudahan akses dan dukungan pemerintah terhadap proyek usaha mandiri menjadikan kita tak lagi risau soal modal, yang penting kita terampil, aktif, inovatif, dan bekerja keras, dan yang tak kalah penting: keseriusan,” ujarnya.
Tak sekedar sebuah industri kreatif yang diharapkan terus berinovasi, home industry juga harus bisa menciptakan lapangan kerja bagi orang lain.
Diakui Fanny Fachlevi, pemilik usaha Rajutan Anne, dari usaha yang ditekuninya secara serius sejak setahun lalu itu, kini Fanny, panggilan akrabnya telah memiliki 3 pekerja, yang semuanya berstatus ibu rumah tangga.
Dengan begitu, angka pengangguran yang mencapai 12,8 jiwa di Indonesia bukanlah sebuah kenyataan pahit bagi kita jika para ibu rumah tangga dan perempuan Indonesia bersedia berperan aktif mengurangi angka tersebut dengan memanfaatkan kreativitas dan keterampilan yang dimilikinya. Semoga.  

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar